Karir

2 KONSEP KARIR DALAM PERSPEKTIF DAKWAH

Okjek kajian

  • Menjelaskan normatif karir inspirasi agama
  • Menjelaskan bimbing karir sebagai wahana dakwah
  • Menjelaskan Komponen PembimbingKarir
  • Menjelaskan Bimbingan Karir dalam Realitas
  • Menjelaskan Konsep dan Model Konseling Islami

Peta konsep

Konsep Karir dalam Perspektif Dakwah

Kedudukan karir

Kaffah (ibadah mahdoh & ibadah ghoir mahdoh)

Religious calling

Normatif Karir Inspirasi Agama

Batasan

Prinsip-prinsip karir

Bimbing Karir sebagai Wahana Dakwah

Implementasi diri sebagai hamba dan khalifatullah

Prinsip hikmah, mau’idhoh dan mujadalah

Komponen Kemampuan Pembimbing Karir

Komponen religius (wallahu yad’u ila darissalam).

Komponen scientific (walataqfu ma laisa laka bihi ilm).

Komponen sosial (yaj’allahu makhrojaa)

Bimbingan Karir dalam Realitas Kehidupan Keagamaan

Sudah live, Urgensi, Kelembagaan, Upaya,Program

Konsep dan Model Konseling Islami

            Prinsif

Metode Intervensi dalam Konseling Islam

Sumber penerang, mudzakkir, mubassyir, Muballigh

A. Pendahuluan

 llknlknlknlknlknDalam pandangan Islam, prestasi ibadah tidak bisa terpisahkan dengan prestasi sosial, ekonomi dan budaya. Pribadi Muslim yang paripurna (kaffah) merupakan integrasi dari kualitas hubungan dengan Alloh (ibadah mahdoh) dan hubungan dengan makhluk (ibadah ghoir mahdoh). Dengan demikian prestasi karir seorang umat merupakan implementasi mendasar dan implementasi kaffah dari panggilan ketuhanan (religious calling).

 Berkenaan dengan religious calling ini, dapat dipaparkan bagaimana konsep bimbingan karir secara normatif dan implementatif berkaitan dengan dakwah akan diuraikan dalam tulisan ini. Pertama, disajikan bagaimana manusia Muslim yang diharapkan Allah SWT berkenaan dengan karir. Kedua, bagaimana diperlukan keterpanggilan religius menjadi pembimbing karir. Ketiga, bagaimana Komponen pembimbing karir dalam rangka dakwah. Keempat, bagaimana mengintegrasikan konsep karir dalam mainstream dengan konteks budaya masyarakat Muslim khususnya di Indonesia.

 B. Normatif Karir Inspirasi Agama

 Karir secara umum menunjuk pada pekerjaan seseorang dalam organisasi kerja. Secara Islami, tentunya konsep organisasi kerja yang dimaksud tidak hanya pada organisasi bisnis semata. Lebih luas karir juga bisa terjadi pada lapangan organisasi sosial dan keagamaan.   Malahan, bagaimana prestasi karir bisnis, sosial dan keagamaan itu terintegrasi dalam bingkai karir secara normatif sebagai religious calling. Katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mngetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. 9:105)

 Allah SWT memposisikan Muslim sebagai hamba dan wakil Allah (khalifah) secara bersamaan. Sebagai hamba Allah, Muslim wajib dan tunduk patuh pada syariat yang bersifat normatif, bagaimana hukum mengatur pribadi Muslim dalam beragama dan berkarya. Syariat normatif yang dimaksud adalah Al Qur’an dan Sunnah. Sebagai khalifah fil ardi, manusia dituntut mempunyai kreativitas untuk senantiasa menggapai kehidupan yang lebih sejahtera. Akal dituntut lebih kreatif untuk mengemban amanah khalifah, sedangkan ketaatan lebih dominan untuk mengemban amanah sebagai abdillah. Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.”QS. 2:30

 Prinsip-prinsip karir dalam inspirasi Islam dapat diambil dari Al Qur’an. Pertama, Allah SWT menjamin bahwa setiap makhluk pasti diberi fasilitas kehidupan (QS 15:23). Kedua, Allah SWT mengakui derajat dan martabat manusia, serta telah menyediakan fasilitas selengkapnya agar manusia hidup secara bermartabat (QS. 17:70). Ketiga, ada persamaan hak berkarir antara pria dan wanita, semua akan diberi pahala yang sama saat mampu menunaikan kebajikan (QS. 4:124). Keempat, menekuni suatu karir kerja memerlukan ilmunya (QS. 17:36). Kelima, karir ditujukan juga untuk menggapai kesejahteraan dan menolak petaka (QS, 66:6). Keenam, Allah telah menganugrahkan segala yang ada di bumi ini untuk fasilitas karir (QS. 2:29). Ketujuh. Hal fitrah yang berkenaan dengan dorongan untuk berkeluarga, memiliki usaha dijamin oleh Allah SWT (QS. 3:14).

 C. Bimbingan Karir sebagai Wahana Dakwah

 Karir merupakan arena umat untuk mengimplementasikan diri sebagai hamba dan khalifatullah, karenanya membicarakan karir sesungguhnya bagian integral dari dakwah. Siapapun yang berkiprah dalam bimbingan karir sesungguhnya telah menegakkan upaya dakwah (QS. 16:125).

Prinsip hikmah, mau’idhoh dan mujadalah merupakan tiga metode dalam seruan (dakwah) pada jalan kehidupan Islam. Ketika karir dipandang sebagai bagian integral dari kehidupan beragama, maka ketiga motode dakwah tersebut masuk pula pada bimbingan karir. Demikian juga hukum dasar dari seruan pada berkarir yang sesuai dengan jalan (sabil) agama itu merupakan perintah Allah SWT. Karena sifatnya perintah, maka melakukan bimbingan pada karir termasuk wajib dalam rangka mengajak umat tetap teguh, produktif dan sejahtera berada dalam jalan Agama.

 Mengapa dalam berkarir manusia memerlukan pembimbing? Iman secara fitrahi senantiasa berubah-ubah, kadang bertambah kadang berkurang (al imanu yazidu wayankusu), untuk menjaga kestabilan maka diperlukan bimbingan. Demikian pula dengan karir, naik dan turun karir merupakan hal yang alamiah. Dalam bentangan karir yang dimulai dari perencanaan karir, selanjutnya masuk pada pra jabatan, lalu memasuki jabatan, masa puncak karir, sampai akhirnya mengalami akhir karir memerlukan format baik secara terbimbing langsung ataupun tidak langsung.

 Dalam rangka dakwah pula, Allah SWT memerintahkan nasihat menasihati dalam beriman dan beramal shaleh, termasuk di dalamnya masalah karir (QS. 103: 1-3). Bahkan Allah SWT menyatakan bahwa puncak karir merupakan kesempatan emas untuk menyeru pada ibadah (QS. 22:41).

 Dakwah untuk menyeru pada jalan Allah tidak semata-mata menyeru dan menyampaikan syariat secara normatif, namun secara implementatif dapat direalisasikan melalui kegiatan karir. Segala lapangan pekerjaan apakah dunia usaha, sosial, seni-budaya, pendidikan, pemerintahan termasuk pada wilayah karir. Semuanya itu merupakan aktivitas yang harus seiring sejalan dengan produktivitas dan kebermaknaan secara religious. Karenanya, bimbingan karir ibarat memasuki ruang terang yang menampakan masalah dan solusi karir seseorang. Bimbingan karir tidak saja dipandang dari sisi individu, lebih dari itu, bagaimana agama memberikan inspirasi, soluasi dan energi berkarir.

 D. Komponen Kemampuan Pembimbing Karir

 Bimbingan karir merupakan pekerjaan professional, yang karenanya memerlukan sejumlah Komponen yang harus dipenuhi oleh para pembimbing karir. Komponen pembimbing karir berupa pemilikan sejumlah keterampilan tertentu. Selain itu, bimbingan juga merupakan suatu proses. Dalam setiap tahapan proses memerlukan penerapan kete­rampilan-keterampilan tertentu.

 Sejumlah Komponen yang perlu dimiliki pembimbing karir antara lain:

  1. Komponen religius, memiliki sikap personal yang terintegrasi dalam bingkai keagamaan. Membimbing karir didasarkan pada panggilan dakwah, semata-mata mewujudkan keadaan umat yang damai, sejahtera sesuai prinsif salam (wallahu yad’u ila darissalam).
  2. Komponen scientific, memiliki penguasaan keilmuan tentang karir dan cara membimbingnya (walataqfu ma laisa laka bihi ilm).
  3. Komponen sosial, memiliki kepekaan sosial sehingga tampil secara proaktif mengambil bagian sebagai problem solver (yaj’allahu makhroja) atas masalah-masalah kiprah diri umat, khususnya dalam bidang ekonomi yang ditangani secara perseorangan maupun kelompok.

 E. Bimbingan Karir dalam Realitas Kehidupan Keagamaan

 Wahana bimbingan karir disadari ataupun tidak, sudah live dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Sejak anak manusia dalam kandungan para orang tua dipimpin tokoh agama sudah memanjatkan do’a agar kelak anaknya menggembirakan dan lahir sempurna. Do’a yang sering panjatkan antara lain “Robbi habli minladunka durriyatan thoyyibah.” Dan selanjutnya terus menerus dipanjatkan do’a agar dianugrahi kemampuan menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa: “robbana hablana minazwajina wadurriyatina qurrota a’yun wajalna lilmuttaqina imama” (QS 3:38).

 Ketika anak mulai menginjak remaja awal, para orang tua sudah mulai mengenalkan karir terhadap apa yang biasa dikerjakan oleh orangtuanya. Pada masyarakat informal apakah itu petani kecil, nelayan, sudah dapat dipastikan semua pekerjaan (kasab) tersebut melibatkan bantuan anaknya. Pada masyarakat formal, pekerjaan orangtua sering dikenalkan dan bahkan dilekatkan oleh masyarakat, misalnya dengan sebutan anak kiayi, anak guru, anak tentara, dst. Bahkan pada masyarakat melayu, orangtua yang baru meninggal dunia dibacakan aktivitas karir yang menyangkut kegiatan ekonomi, peran sosial, serta kifrah keagamaan pada anak-anak dan kerabatnya. Pembacaan aktivitas karir ini, melekatkan karir yang positif pada anak-anak dan masyarakat secara luas.

 Membantu orang muda dalam merencanakan masa depan menjadi lebih prioritas bagi aktivis pembimbing karir. Namun juga, membimbing para ibu, ayah dan ustadz agar mampu mengarahkan anak mencapai Komponen karir yang optimal juga prioritas. Secara nonformal wahana ini bisa disampaikan dalam forum masjid, pertemuan rapat di madrasah, dst. Medianya bisa lisan, suara, tertulis atau bahkan secara lebih terintegrasi.

Urgensi menekuni dan mengimplementasikan bimbingan karir dapat dilihat dari tinjauan kematangan, menghindari saran, dan menghindari satu pilihan. (a) ada kerentanan taraf kematangan vokasional (vocational maturity). Diantara mereka, mungkin belum mempunyai gambaran tentang tujuan jangka waktu panjang, atau sudah dihadapkan pada beberapa pilihan yang dapat sangat menentukan bagi perkembangan selanjutnya. (b) Harus dihindari bahaya yang terkandung dalam memberikan saran tentang pilihan yang sebaiknya dibuat, karena yang sebaiknya mungkin tidak dimengerti; dia hanya mengikuti sarannya saja. Lain keadaannya bila saran dari konselor dimengerti dan diterima dengan ikhlas. (c) Harus dihindari memberikan ramalan yang bersifat dogmatik tentang kemungkinanklien akan berhasil atau gagal dalam mengambil suatu jalur. Setelah klien menda­pat penjelasan tentang makna data yang tersedia tentang diri sendiri dan tentang lingkungan hidupnya, tetap bebas untuk memilih, juga kalau dia memutuskan untuk mengadu nasib. (d) Harus dihindari memberikan kesan bahwa hanya terdapat satu pekerjaan yang cocok bagi klien dan akan memuaskan baginya.

Dapat dianggap bijaksana bila klien membuat beberapa pilihan dalam urutan prioritas: pilihan pertama, kedua dan ketiga yang tidak terlalu berjauhan suatu sama lain. Seandainya pilihan pertama kelak kemudian ternyata tidak dapat dilaksanakan karena timbul hambatan besar yang tidak dapat diatasi, klien sudah siap mental untuk berputar haluan tanpa mengalami rasa frustrasi yang mendalam. Harus dijaga jangan sampai klien membuat pilihan hanya atas dasar keinginan saja.

Alternatif-alternatif yang tersedia, selain ditinjau dari sudut apakah diinginkan (desirable), juga harus ditinjau dari sudut apakah dimungkinkan (possible), bahkan dapat juga ditinjau dari sudut apakah akan membawa hasil yang diharapkan seandainya dipilih (probable) jika tersedia data tentang kemungkinan besar atau kecil untuk berhasil baik, misalnya data tentang prospek masa depan suatu program studi atau bidang pekerjaan. Lebih-lebih anak remaja yang cenderung berfantasi yang indah-­indah, harus disadarkan akan bahaya percaya pada dongeng atau yakin begitu saja bahwa dia akan mengalami nasib untung seperti beberapa orang idolanya.

 Macam-macam data yang perlu diperoleh dan ditafsirkan dalam rangka bimbingan karir antara lain informasi tentang diri sendiri yang meliputi data tentang: (1) kemampuan intelektual; (2) bakat khusus di bidang studi akademik; (3) minat-minat baik yang bersifat Iebih luas maupun yang bersifat lebih khusus; (4) hasil belajar dalam berbagai bidang studi inti; (5) sifat-sifat kepribadian yang mempunyai relevansi terhadap partisipasi dalam suatu program studi, suatu program latihan kerja, seperti berani berbicara dan bertindak, koperatif, sopan, dapat diandalkan, bijaksana, rajin, berpotensi dalam bidang kepemimpinan, rapi, tekun, toleran, tahan dalam situasi yang penuh ketegangan (stress tolerance), terbuka, jujur dan berwatak baik; (6) perangkat kemahiran kognitif, seperti kemampuan untuk mengadakan analisis dan sintesis, kemampuan mengatur arus pikiran sendiri dalam menghadapi suatu problem, kemampuan menguraikan secara lisan dan secara tertulis, kemampuan mengatur kegiatannya sendiri, kemampuan memahami dan berbicara bahasa asing, dan kemampuan menangkap keadaan orang lain (inteligensi sosia1); (7) nilai-nilai kehidupan dan cita-cita masa depan; (8) bekal berupa keterampilan khusus yang dimiliki dalam bidang administrasi/tata usaha, kesenian, olahraga, mekanik, serta koordinasi motorik, yang semuanya dapat sangat relevan bagi program persiapan kerja tertentu; (9) kesehatan fisik dan mental; (10) kematangan vokasional (vocational maturity).

 Semua data tersebut bersifat psikologis dan bersama-sama membentuk gambaran diri (konsep diri) dalam berbagai aspeknya dan menyadarkan orang muda akan “Siapa saya ini? (The person 1 am)”; “saya ingin menjadi orang seperti apa (The person 1 want to be)”; “saya seharusnya menjadi orang seperti apa (The person 1 ought to be)”.

 Data tambahan, antara lain informasi mengenai keadaan keluarga dekat meliputi data tentang: (1) posisi anak dalam keluarga; (2) pandangan keluarga tentang peranan dan kewajiban anak laki-laki dan anak perempuan; (3) harapan keluarga mengenai masa depan anak; (4) taraf sosial-ekonomi kehidupan keluarga; (5) gaya hidup dan suasana keluarga: (6) taraf pendidikan orang tua dan kakak-kakak; (7) sumber-sumber konflik antara orang tua dan anak yang sudah besar; (8) status perkawinan orang tua, misalnya salah seorang dari orang tua sudah meninggal atau orang tua sudah cerai: dan (9) siapa tinggal di rumah selain orang tua sendiri dan kakak adik sekandung.

 Kelembagaan dan berbagai upaya bimbingan karir secara nyata telah berurat berakar dalam masyarakat, baik kelembagaan secara formal maupun tidak formal. Upaya bimbingan karir ini bermuara pada suatu perolehan pekerjaan yang diharapkan akan bermakna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat. Kenyataan ini dapat diantisipasi dengan mempersiapkan orang muda melalui aneka upaya bimbingan yang mengindahkan arti bekerja dalam kehidupan manusia dan kekhususan dari perkembangan karir.

 Upaya bimbingan dalam lingkungan khusus maupun masyarakat luas ditujukan untuk membantu semua individu agar untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut: (1) mengenal berbagai jenis jabatan yang terbuka baginya dan sekaligus bermakna serta memuaskan, dan menghayati semua nilai yang diamali oleh masyarakat yang berorientasi pada kerja: (2) menjadi mampu untuk mengambil keputusan rasional sehubungan dengan tujuan-tujuan yang ingin diperjuangkan dalam bidang kegiatan/aktivitas vokasional: dan (3) melaksanakan keputusan karir secara nyata dalam bentuk mengintegrasikan semua nilai yang terkandung dalam bekerja (vocational values) serta semua sikap yang dituntut dalam bekerja (vocational attitudes) dalam keseluruhan gaya hidupnya.

 Seluruh upaya bimbingan dalam keluarga, masyarakat, lembaga formal mencakup segala usaha mengeksplorasi beraneka kelompok jabatan (occupational clusters); memahami berbagai tuntutan yang harus dipenuhi dan keseluruhan pergeseran yang berlangsung di pasar kerja; memperoleh kemahiran­ kemahiran intelektual, pengetahuan, sikap-sikap, dan keterampilan umum serta khusus yang diperlukan untuk mulai bergerak di pasar kerja dan mengadakan perencanaan bagi pembangunan masa depannya sendiri (career planning).

Pada gilirannya diharapkan akan memiliki bekal keterampilan/keilmuan, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan fluktuasi perubahan dalam masyarakat, mempunyai tata cara bekerja yang baik dan tepat dalam melakukan apa saja (good work habits), berpegang pada nilai-nilai yang mendorong mau bekerja keras; menguasai cara yang tepat untuk mengambil keputusan tentang jabatan dan melamar pekerjaan di pasar kerja; memiliki keterampilan umum serta yang memungkinkan untuk mengikuti program latihan lebih luas dan mendalam dalam lingkungan jabatannya kelak (trainable).

 Program bimbingan karir dalam spektrum luas diharapkan bermanfaat; bagi anak, remaja awal, remaja lanjut, yang dewasa, masa prajabatan, dalam jabatan, bahkan pascajabatan, yang putus sekolah; yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi; bagi yang tamat pendidikan menengah dan akan langsung bekerja; bagi yang memantapkan diri dalam perkembangan karirnya selama belajar di perguruan tinggi; dan bahkan bagi siapa pun juga yang masa tengah umur terpaksa memulai karir yang kedua (second career).

 Dalam masyarakat yang lebih modern, lembaga karir sudah lebih tertata secara professional. Pada negara-negara yang sudah maju, kelompok bimbingan karir ini disebut Career Planning Office, Biro Penempatan Tenaga (Placement office), Laboratorium Bimbingan Karir (Guidance Career Center; Guidance Resource Center; Career Information Center). Yang popular di Indonesia adalah biro penempatan kerja, perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI), pusat bimbingan karir (career center), pusat club remaja (adolescent center), dan berbagai himpunan/asosiasi usaha dan profesi. Beberapa kelompok pengembangan profesi dan keterampilan bisa terhimpun pada berbagai kelompok karir di bidang bahasa, keilmuan, seni, olah raga, kebudayaan, bahkan politik.

 Kelompok-kelompok karir tersebut, masih amat sedikit mendapat sentuhan bimbingan secara terprogram. Bahkan pada bimbingan di sector formal pada lembaga pendidikan sekalipun, bimbingan karir masih banyak yang terabaikan. Hal ini terlihat dari semakin banyak angka pengangguran pada mereka yang berijazah tinggi. Demikian juga, sekalipun banyak forum pengajian di masjid, madrasah dan ormas keagamaan tertata secara regular dan terencana, sentuhan dunia karir masih amat minim. Dilain hal, pada dunia usaha, karyawan pabrik, kelompok pendukung/suporter olah raga, aspek karir sangat terabaikan. Ketertinggalan ini, tentunya menjadi tantangan dan kesempatan karir bagi aktivis pembimbing karir yang dikemas dalam nuansa keislaman.

Seperangkat informasi vokasional yang kiranya dibutuhkan antara lainpelayanan melalui kegiatan keagamaan,kesejahteraan sosial, dan ketenagakerjaan. Bimbingan dan konseling di bidang pelayanan keagamaan adalah bantuan yang diberikan kepada umat dalam lingkungan organisasi keagamaan tertentu, baik dalam bentuk pelayanan kelompok seperti ceramah, diskusi kelompok, renungan; maupun dalam bentuk pelayanan individual seperti wawancara bimbingan. Bimbingankarir berbasis keagamaan ibarat memasuki ruang terang yang menampakan masalah dan solusi karir seseorang. Karir tidak saja dipandang dari sisi individu, lebih dari itu, bagaimana agama memberikan inspirasi, solusi dan energi untuk menujukkan pada karir seseorang. Pada bimbingan ini dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang berhubungan dengan karir seorang serta mencari alternatif jalan keluar dari berbagai masalahnya. Masalah tersebut ada yang tidak terlampau serius sehingga dapat dipecahkan dalam tempo relatif cepat, ada pula yang sangat serius sehingga mengganggu individu bersangkutan maupun rekannya. Dalam keadaan seperti ini, bimbingan karir sangat diperlukan. Anda bisa menghubungi konselor untuk mencari bantuan menangani masalah-masalah karir ini.

Tanda-tanda individu masyarakat memerlukan kehadiran pembimbing karir antara lain, munculnya salah satu keadaan sebagai berikut: (1) agama yang kering, tanpa gairah dan antusiasme. (2) Aktivitas kerja merasa tidak bermakna. (3) kesulitan menetapkan tujuan dan mencapai tujuan. (4) merasa potensinya tidak berkembang secara maksimal. (5) mempunyai mimpi yang lebih besar untuk diri sendiri. (6) Orang-orang merasa sering memanfaatkannya dalam pekerjaan. (7) tidak tahu apa yang ingin dilakukan. (8) benci kekuasaan. (9) Pekerjaannya tidak cocok dengan kepribadiannya. (10) tidak pernah mendapatkan imbalan yang pantas. (11) tidak tahu bagaimana membuat dirinya diperhatikan lingkungan karir. (12) sering dilewatkan apabila ada promosi/kenaikan. (13) Pekerjaannya membosankan. (14) tidak pernah mendapatkan penghargaan atas pekerjaan yang dilakukan. (15) merasa tidak punya apa-apa untuk ditawarkan kepada perusahaan. (16) tidak tahan dengan senior/atasan-atasan. (17) sering berganti pekerjaan/pendidikan, tapi yang baru tidak lebih baik dari yang lama.

 Jika tanda-tanda tersebut terjadi maka saatnya konseling karir diperlukan, karena akan berdampak buruk bagi karir dan religiusitas individu. Individu tersebut akan merasakan bahwa tidak ada peluang-peluang tertentu untuk meningkatkan karirnya dan tidak akan berusaha merubah imagenya, produktifitas akan menurun dan merasa lelah dalam berkarya. Seharusnya seorang harus menunjukkan mampu dan dibutuhkan bahkan mungkin harapan yang besar telah disiapkan untuk menduduki suatu posisi tertentu namun belum saatnya.

 F. Konsep dan Model Konseling Islami

 Konsep konseling karir Islami tidak hanya mengarahkan manusia pada kehidupan di dunia namun mengarahkan lebih jauh pada kesejahteraan di akherat. Prestasi amaliyah tidak terhenti selama manusia berada di dunia, melainkan bagaimana prestasi amaliyah termasuk karir, berkesinambungan dengan kehidupan di akherat kelak. Karenanya tugas perkembangan karir tidak terhenti sampai manusia pensiun dari kerja. Jauh melampau itu, manusia akan hidup kekal di alam akhirat. Maka konsep karir harus pula diselaraskan dengan konsep khusnul khatimah, selalu mengarahkan diri pada prestasi akhir yang terbaik.

 Berkenaan dengan konseling yang mengarahkan pada kehidupan yang panjang dunia hingga akhirat ini, maka diperlukan prinsif-prinsif dasar yang membedakan konseling umumnya dengan konseling dalam Islam. Bimbingan dalam karir diperlukan terutama ketika karir seseorang sedang dilanda kegalauan akibat pemutusan hubungan kerja, tekanan kerja yang berat, atau tak kunjung pula mendapat pekerjaan. Kehidupan seorang manusia semua akan menuju ke kehidupan akhirat, maka tidaklah elok bila di dunia dia merusak dirinya dengan perbuatan tercela, seperti tidak pidana ekonomi.

 Beberapa prisip bimbingan Islam yang dapat dikaitkan dengan konseling karir:

1)      Memberikan nasihat itu adalah seruan agama.

2)      Bimbingan dan konseling termasuk amal yang mulia di sisi Allah SWT.

3)      Bimbingan dan konseling adalah layanan psikologis untuk mencari keridaan Allah SWT.

4)      Persiapan layanan konseling itu wajib kepada pemerintah bagi masyarakat Islam.

5)      Setiap orang yang telah baligh dan berakal bertanggung jawab atas setiap perbuatannya, termasuk perencanaan dan perwujudan karir.

6)      Tujuan konseling adalah untuk mengembangkan kemauan dan keinginan seseorang untuk mencari sesuatu yang bermanfaat dan meninggalkan sesuatu yang mudarat.

7)      Tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk membantu orang mencapai kemaslahatan dan menghindari kerusakan.

8)      Mencari manfaat bimbingan dan konseling adalah wajib bagi setiap Muslim.

9)      Konseling adalah fardhu ain bagi mereka yang ahli atau kemampuan dalam bidang ini.

10)  Memberikan konseling secara sukarela kepada kaum Muslim adalah wajib bagi setiap yang berkesanggupan.

11)  Seorang konselor Muslim memberikan konseling sesuai dengan hukum syariah yang relevan.

12)  Manusia bebas memutuskan dengan dirinya sendiri, termasuk dalam pilihan dan keputusan karir.

13)  Orang tidak bebas memilih jalan maksiat dan kerusakan karena jalan maksiat itu akan menyiksa orang lain secara langsung atau tidak langsung dan menyebabkan tersebarnya keburukan itu yang akan merusak masyarakat. Sedangkan kewajiban menjaga masyarakat dari kerusakan adalah tanggung jawab secara kolektif.

14)  Berpegang teguh pada prinsip memelihara dan mengamalkan sistem masyarakat secara Islami.

 Beberapa asas bimbingan dapat dijadikan pijakan untuk menciptakan pola bimbingan dalam masyarakat yang lebih terarah. Adapun beberapa pijakan tersebut adalah asas fitrah, asas kebahagiaan dunia dan akhirat, asas amal shaleh dan akhlak mulia, asas mauidzatul hasanah, asas mujadalah al ahsan,

 G. Metode Pemulihan dan Intervensi dalam Konseling Islam

 Menggapai kesempurnaan kaffah(jalan benar seluruhnya, dan menghindari seluruhnya dari jalan syaithan) adalah pokok penting dalam treatmen pemulihan pada konseling Islami. Aplikasi intervensi agar konselor dapat membawa dunia klien untuk membangun pemilihan alternatif solusi dapat melibatkan metode-metode berikut:

  1. Metode Pengikatan Keyakinan dan Kepercayaan (Akidah)

Rahasia pekerjaan, rejeki, dan segala kegiatan ekonomi manusia adalah milik Allah SWT. Manusia diwajibkan berdo’a dan berusaha. Tidak ada ketergantungan yang sejati, kecuali ketergantungan kepada Allah saja. “Katakanlah, Dia (Allah) itu Esa, Allah itu tempat bergantung”. QS Al Ikhlas 1-2). Karenanya, seorang manusia bertauhid akan mendapatkan kemerdekaan sejati, dengan bersandar dan berpengharapan kepada Allah saja. Nikmat keimanan yang dikecap melalui pelaksanaan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya menjadi inti pertahanan seseorang Muslim. Selanjutnya, pengikatan praktek (ibadah) juga merupakan metode yang membawa diri klien agar melaksanakan latihan spiritual ke arah Tazkiyah nafs (penjernihan jiwa) yang selanjutnya akan membawa kepada ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan kepada diri klien.

 2. Metode Pengikatan Kemasyarakatan

Meningkatkan pemahaman klien tentang lingkungan berdasarkan akidah dan akhlak Islam. Dalam Islam, hubungan dalam masyarakat yang akrab dan harmonis menjadi tuntutan. Hal ini akan membangun satu sistem dukungan satu sama lain yang berteraskan pepatah ‘yang berat sama dipikul ringan sama dijinjing. Karena itu, individu yang bermasalah tidak akan terasa diri mereka dipinggirkan karena akan selalu ada dalam komunitas individu yang akan mengulurkan bantuan.

 3. Metode Pencegahan

Metode pencegahan adalah metode yang mencegah individu dari segala hal yang berbahaya dan menyesatkan. Al-Quran dan al-hadis sering memberikan peringatan dan cegahan agar tidak membawa diri individu kepada kehancuran dan kerusakan. Firman Allah yang artinya: “Janganlah kamu campakkan diri kamu dan keluarga kamu ke dalam kebinasaan”. Rentang karir seorang manusia, harus terproteksi dari segala kemungkinan yang membawanya pada arus pelanggaran aqidah dan pidana ekonomi. Cara-cara orang berdo’a dan beriktiar dalam berkarir, jangan sampai tercemari dengan kemusyrikan dan tindak kecurangan.

 

4. Intervensi Melalui Praktek Penjernihan Jiwa

Beberapa praktek ke arah tazkiyah an-nafs antara lain: (a) Shalat, (b) Puasa, (c) Zakat, (d) Haji, (e) Membaca al-Quran, (f) Zikir, (g) Bertafakur (berpikir) pada kejadian makhluk ciptaan Allah SWT Mengingat mati, (h) Muraqabah, muhasabah, mujahadah dan muatabah, Jihad, amar makruf dan nahi mungkar, khidmah dan tawaduk, (i) Mengetahui jalan-jalan masuk setan ke dalam jiwa dan mencegahnya, (j) Mengetahui penyaklit-penyakit hati dan menghindarinya. Praktek ke arah penyucian jiwa ini, akan membawa pada diri yang tenang (mutmainnnah), diri yang tenang akan mendapat ridho ilahi dan sekelompok dengan abdi-Nya. Semua orang dalam kriteria akan masuk dalam kebahagiaan yang sejati. “Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhammu dengan hati yang rida dan diridai-Nya, maka masuklah kedalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS Al Fajar:27-30).

H. Peranan Pembimbing dalam Islam

Peranan seorang pembimbing adalah sebagai juru penerang dan pemberi petunjuk ke arah kebenaran (mubayyin), juru pengingat (muzakkir), juru penghibur (mubassyir) hati yang duka lara, serta penyampai (muballigh) pesan-pesan wahyu, yang perilaku sehari-harinya mencerminkan contoh teladan yang baik (uswatun hasanah) di tengah umatnya. Lebih lanjut, dapat disimak penjelasan mengenai peran konselor Muslim:

 1. Sumber penerang dan pemberi petunjuk ke arah kebenaran (mubayyin)

Manusia lahir dengan membawa thabict (perwatakan) yang berbeda. Watak tersebut tercakup dalam jiwa setiap individu atau hati sanubari yang dapat mengantarkan untuk sampai pada pengenalan dan pengarahan diri. Sebelum menginjak usia baligh, seorang anak, misalnya, belum bisa membedakan antara keinginan dan kemampuan dalam karirnya. Kehadiran seorang pembimbing merupakan langkah efektif untuk menerangi potensi karir mereka. Motivasi seorang pembimbing sekaligus juru penerang terhadap anak merupakan aspek­-aspek efektif bagi penunjangan pencapaian tugas perkembangan karir.

 2. Juru pengingat (mudzakkir)

Masyarakat hidup dalam berbagai lingkungan yang kompleks. Secara alamiah manusia merupakan makhluk yang tidak dapat membantah keberadaannya sebagai makhluk religious, bersosial, berbudaya dan berekonomi. Akan tetapi, dalam perjalanan hidupnya manusia dapat jauh dari hakekatnya tersebut. Bahkan dalam kehidupan berkarir pun kerapkali muncul berbagai masalah yang menimpa dan menyulitkan individu. Timbulnya kenyataan ini memerlukan penanganan bimbingan karir. Mengarahkan masyarakat dan membimbing mereka merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh individu yang lebih berkompetensi di atas pengetahuan yang mereka miliki (Faqih, 2001: 48).

 3. Juru penghibur (mubassyir) hati yang duka

Menurut Mujib, struktur kepribadian dalam perspektif Islam adalah fitrah. Sementara itu, struktur fitrah memiliki tiga dimensi kepribadian (1) dimensi fisik yang disebut dengan fitrah jasmani, (2) dimensi psikis yang disebut dengan fitrah rohani, (3) dimensi psikologis yang disebut dengan fitrah nafsani. Ketiga dimensi tersebut memiliki korelasi sangat erat antara yang satu dengan lainnya. Eksistensi ketiganya menjaminkeselarasan terhadap yang lainnya. Untukmenghidupkan ketiganya dalam bingkai yang sempuma, maka perlu menjaganya dengan mengetuk hati setiap pelaku atas nilai-nilai hakiki yang telah mereka berikan bagi keberlangsungan semua entitas tersebut. Bagi pembimbing karir, fluktuasi manusia dalam karir, dalam menjadi pemdamping recovery ataupun pengembangan karir mereka.

 4. Muballigh, penyampai pesan-pesan keagamaan secara kaffah

Kedudukan muballig adalah lebih dari sekedar penyampaian ajaran Islam dalam lingkup ibadah mahdoh (hablum minalloh) secara lengkap dan utuh juga menjadi penyampai ibadah ghoir mahdoh (hablum minannas). Kedudukan mereka juga sebagai penolong yang bertugas membantu memecahkan problem kehidupan melalui berbagai metode, terutama berdasarkan pendekatan keagamaan dan bidang ilmu lainnya yang relevan. Tugas ini dipandang sebagai warisan para nabi yang berfungsi sebagai penunjuk jalan ke arah cahaya yang terang keluar dari kegelapan hidup, termasuk yang berkaitan dengan dunia karir. Arahan kepada jalan yang terang dan pengentasan dari jalan kegelapan merupakan kewajiban baku seorang muballigh bagi segenap klien bimbingannya. Posisi seorang muballigh sebagai pribadi yang diwariskan padanya tersirat wasiat para Nabi. Atas semua wasiat inilah tergantung pada dirinya kewajiban membimbing dan menyampaikan pesan­-pesan demi menciptakan suatu tatanan masyarakat yang berjalan di jalan-Nya, beribadah kepada­Nya, dan mentaati semua perintah-Nya.

Perwujudan dari semua kategorisasi seorang pembimbing di atas berhaluan penuh kepada transfer praktis nilai-nilai keagamaan yang dimiliki oleh seseorang yang profesional. Menciptakan motivasi­-motivasi sebagai kontrol dari peranan seorang pembimbing adalah cara yang baik di dalam menemukan kesuksesan seorang pembimbing terhadap klien yang dibimbingnya.

 

I. Implementasi konseptual pada bimbingan karir

 Secara kodrati, manusia hidup memerlukan bantuan orang lain. Bahkan, manusia baru akan “menjadi manusia” ketika berada dalam lingkungan dan berhubungan dengan manusia. Dengan kata lain, secara kodrati manusia merupakan makhluk sosial. Tuntutan saling mengenal yang harus dilakukan antara masing-masing orang sebagai manifestasi interaktif adalah bagian dari proses bimbingan yang harus dijalankan oleh orang lain kepada saudaranya untuk bisa menjaga dirinya dari hal-hal yang bersifat negatif atau dorongan untuk berprilaku secara positif.

 Dalam interaksi sosial karir, karena setiap orang mempunyai bakat, minat, kepentingan dan berbagai perbedaan individual lainnya, Potensi individu ini, tidak jarang yang memerlukan untuk penyelarasan berbagai aspek pada pilihan dan kemantapan karir.Menyikapi semua dimensi logis ini, dalam kehidupan individu, manusia dituntut untuk menjalankan realitas kehidupannya dengan baik dan sempurna. Mengenal dan mengerti potensi dan minat diri adalah bukti utama dari pentingnya bimbingan karir.

 Nilai-nilai Islam secara normatif harus diwujudkan sebagai bagian dari pranata ke-Islaman. Bersamaan dengan tuntutan ini Islam juga memberikan corak utama dalam menentukan sikap seseorang untuk mengantisipasi dan memecahkan setiap persoalan, termasuk persoalan karir. Ajakan untuk berkomunikasi konseling merupakan bagian penting dalam membantu karir.

 Bimbingan Islami yang bersasaran pada upaya meningkatkan kemampuan daya tangkal yang bersumber dari kemantapan iman dan takwa kepada Allah SWT., saat ini dan yang akan datang benar-benar sangat dibutuhkan. Semakin modern masyarakat, semakin besar tuntutan hidupnya, dan semakin kompleks pula kehidupan karirnya.

Tinggalkan komentar